• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

USTADZ ABDUL SOMAD KISAH ABU NAWAS SEDANG HAMIL

Dalam sejarah budaya dan ketokohan Islam, begitu banya tokoh yang dikenal memiliki kecerdasan luar biasa dan kesantunan yang mungkin bisa jadi tauladan. Berikut adalah salah satunya, cerita yang ditularkan dari mulut ke mulut dan dari para ustadz yang kadang mengutip mereka sebagai permisalan dan contoh tauladan, kritik serta pembelajaran. Berikut adalah kisah abu nawas yang judu aslinya adalah “Kisah abunawas sedang hamil’. Konon cerita ini diceritakan ulang oleh Ustadz Abdul Somad.
Sultan Harun Al-Rasyid dikabarkan sedang mengalami stres berat di istana. Kabarnya pula, hal tersebut dikarenakan beliau tidak bertemu dengan Abunawas selama setengah tahun. Hal ini membuat baginda raja menyesali perbuatannya karena telah tega mengusir penasehatnya itu. Dalam istana serasa sepi tanpa kehadiran Abunawas yang selalu bisa melucu.
Raja pun akhirnya mencabut titahnya dan menyuruh pengawal menemui Abu Nawas untuk mengajaknya ke istana.
“Mungkin Abu Nawas marah kepadaku, pergilah ke rumahnya dan ajaklah Abu Nawas menemuiku,” perintahnya.

ABUNAWAS SEDANG HAMIL

Pengawal Raja pun berkunjung ke rumah Abu Nawas dan di luar dugaan, Abu Nawas menolak tawaran pengawal Raja itu.
Abu Nawas mengaku tengah hamil dan hendak melahirkan.
“Tolong sampaikan kepada Raja, aku sakit dan hendak bersalin dan aku sedang menunggu dukun beranak untuk mengeluarkan bayiku ini,” kata Abu Nawas sambil mengelus perutnya yang buncit.
Maka kembalilah pengawal Raja itu dan menyampaikan kabar sebenarnya.
“Ajaib benar,” kata Baginda Raja dalam hati setelah mendengar laporan pengawalnya.
“Baru kali ini aku mendengar kabar seorang lelaki bisa hamil,” katanya heran.
Maka Raja pun akhirnya berkeinginan menengok Abu Nawas.
Ia pergi dengan di iringi sejumlah menteri dan para punggawa ke rumah Abu Nawas.
Begitu melihat Raja datang, Abu Nawas pun berlari-lari menyambut dan menyembah kakinya.”Ya tuanku, berkenan juga rupanya tuanku datang ke rumah hamba yang hina ini,” ucap Abu Nawas.
Raja pun kemudian di persilahkan duduk di tempat yang paling terhormat.
Sementara Abu Nawas duduk bersila di bawahnya.
“Ya Tuanku, apakah yang menyebabkan Tuanku datang ke rumahku ini?” tanya Abu Nawas.
“Aku kemari karena ingin tahu keadaanmu, engkau dikabarkan sakit hendak melahirkan dan sedang menunggu dukun beranak, benarkah demikian?” jawab Raja.
Abu Nawas tidak menjawab, ia hanya tersenyum.
“Coba jelaskan perkataanmu.Siapa lelaki yang hamil dan siapa dukun beranaknya,” tanya Raja lagi.
Maka dengan senang hati berceritalah Abu Nawas.

IBARAT MENJILATI LUDAH SENDIRI

“Konon….Baginda mengusirku dari istana, tetapi setelah 6 bulan berlalu tanpa alasan yang jelas, sang Raja memanggil hamba ke istana, ini ibarat hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian hamil tanpa menikah. Tentu sja itu melanggar adat dan agama, menggegerkan seluruh negeri,” cerita Abu Nawas. Abu Nawas menjelaskan bahwa sebagai seorang pemimpin, seharusnya Raja tidak mengeluarkan titah yang plin-plan, tidak boleh mencabut perintahnya lagi. Jika itu dilakukan, ibarat menjilat air ludah sendiri dan itulah tanda-tanda pengecut.
“Oleh karena itu harus berfikir masak-masak sebelum bertindak,itulah tamsil seorang lelaki yang hendak bersalin,” cerita Abu Nawas menyindir Baginda Raja.
“Lalu bagaimana dengan dukun beranak itu?” tanya Baginda.
“Adapun dukun beranak yang ditunggu, adalah Baginda kemari, dengan kedatangan Baginda kemari, berarti hamba sudah melahirkan, artinya hilangnya rasa sakit atau takut hamba kepada Baginda,” cetus Abu Nawas.
“Bukan begitu Abu Nawas, aku tidak sungguh-sungguh melarangmu ke istana, melainkan hanya bergurau.
Besok datanglah engkau ke istana, aku ingin bicara denganmu,” titah Raja.
“Segala titah Baginda, hamba junjung tinggi tuanku,” sembah Abunawas dengan takzim.
Tetapi Raja hanya menggeleng-gelengkan kepala saja.
Share:

MEMBUKA KESADARAN

Alkisah, ada seorang murid baru yang diperintah oleh gurunya untuk mengambil air di dekat sebuah sumur yang terletak di belakang perguruan.
Si murid pun bergegas menuju ke belakang untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan. Tanpa berpikir panjang atau mempelajari situasi di sekitar sana, pikiran dan langkah kakinya langsung tertuju pada sumur dan ember untuk menimba air.
“Ahaa…itu dia ember kosong dan talinya,” serunya. Dengan gembira ,dia pun mulai memegang tali dan mengayunkan ember ke dalam sumur. Tetapi sampai tali yang dipegang di tangan hampir tiba di ujung, dirasakan ember nya tetap kosong, tidak juga menyentuh air di dalam sumur. Maka dia melakukan usaha lebih keras. Tubuhnya ikut dilengkungkan ke bawah seraya matanya menatap nanar berusaha menembus kegelapan sumur sambil tangannya sibuk mengayun-ayunkan ember. Tetapi tetap saja tidak ada apa pun yang tersentuh ember di bawah sana.  Panas yang terik dan usaha sepenuh hati yang dilakukan berkali-kali membuat keringat mengucur deras membasahi bajunya.
Murid itu pun mulai merasa kesal dan jengkel. Usahanya berkali-kali dan keinginannya untuk tidak menyerah tetapi tidak membawa hasil seperti yang diharapkan, membuat emosinya semakin memuncak.
Dari kejauhan, sang guru menyaksikan ulah si murid. Dengan senyum sabarnya dihampiri si murid. Melihat kedatangan gurunya, si murid segera berkata lantang, “Guru, saya sudah berusaha menimba air tetapi kelihatannya sumur ini sudah kering. Jika sumur ini tidak berair, mengapa Guru memerintahkan saya untuk mengambil air?”
Gurunya balik bertanya, “Berapa kali kamu menimba?”
Si murid menjawab dengan emosi, “Sudah berkali-kali. Lihat saja bajuku sampai basah kuyup begini!”
Sang Guru berkata lagi, “Kalau kamu merasa sumur itu kosong, mengapa harus terus menimba? Kamu marah, ya? Kemarahanmu sampai menutup kesadaran dan akal sehatmu ya?” PLAK!  Kepala si murid pun dipukul oleh sang Guru.
“Lihat ke samping sumur itu, di sana ada keran air. Tinggal dibuka krannya, airpun mengalir. Guru suruh kamu mengambil air di dekat sumur, bukan menimba di sumur!”
Seketika wajah si murid merah padam… dia merasa malu sekaligus merasa begitu bodoh karena telah membuang energi dan kemarahan tidak pada tempatnya.
Netter yang luar biasa,
Sering kali kita sibuk mengumbar emosi dan kemarahan, menyalahkan orang lain dan keadaan, tanpa alasan yang jelas dan benar. Karenanya, terkadang kita perlu mendapat “kesadaran” (baik dari diri sendiri maupun orang lain) agar terhindar dari kebodohan dan kesalahan yang tidak bijak. Sehingga,  tidak perlu ada sesal di kemudian hari yang akan membebani langkah kita ke depan.
Salam sukses, luar biasa!
Share:

Memilih Jalan Hidup

Ada seorang anak muda, dia kuliah di kampus top, jurusan paling top, dan lulus sebagai lulusan paling top pula.
10 tahun berlalu, saat teman-temannya menyangka anak muda ini akan kerja di Amerika, atau Eropa sana, menjadi eksekutif perusahaan raksasa, dengan gaji super tinggi, ternyata tidak. Anak muda ini memilih mengabdikan hidupnya di pedalaman sana, menjadi guru.
Aduh rugi sekali. Buat apa dong nilai Matematika-nya yang selalu seratus? Buat apa dong dia menguasai 4 bahasa asing? Buat apa semua pendidikan tersebut jika hanya kerja di pedalaman sana, di tengah hutan, bersama anak-anak kampung? Rugi!
Tapi sebentar, sebentar, tanyakan ke anak muda ini sebelum kita memvonis membabi-buta, kenapa sih dia sampai begitu? “Karena inilah jalan hidupku. Sudah banyak yang mengambil jalan hidup bekerja di Eropa, Amerika, naik pesawat kelas bisnis, menginap di hotel bintang lima, punya rumah dengan kolam renang. Lantas siapa yang akan mengambil jalan hidup yang berbeda? Siapa yang mendidik anak-anak di pedalaman. Saya memilih jalan hidup yang berbeda. Dan saya happy dengan jalan hidup ini. Inilah hidupku sekarang.” Itu sungguh jawaban yang cemerlang.
Tapi tidak akan banyak yang bisa memahami logika anak muda ini. Kalaupun ada yang bisa memahaminya, tidak akan banyak pula (dari sedikit ini) yang siap mengambil jalan serupa.
Lebih banyak perhitungan atas ketenaran, kekayaan, kemewahan, dan standar hidup dunia lainnya. Dan lebih banyak lagi yang bahkan tidak tahu, tidak peduli, jalan hidup apa yang akan dia pilih. Pokoknya sudah begitu sajalah. Malas berpikir.
Tapi sungguh, pikirkanlah. Jalan hidup apa yang akan kita pilih saat ini, dan kelak.
Hidup ini hanya sekali, dan dalam periode yang sejatinya sangat pendek. Pastikan kita telah memilih jalan hidup terbaiknya: kebermanfaatan.
Pastikan hidup kita bermanfaat bagi banyak orang.
Jangan ragu mengambil kelokan yang beda sekali.
Jangan takut mengambil simpangan yang sepi; tidak mengapa jika tak ramai, orang enggan melewatinya, jika kita yakin itulah jalan hidup terbaik kita, lanjutkan perjalanan dengan teguh hati.
Ketahuilah, hidup tidak pernah bicara tentang kekayaan. Banyak orang kaya yang hartanya lebih besar dibanding orang-orang kaya hari ini, mereka tetap terlupakan. Hidup juga bukan soal ketenaran. Kekuasaan.
Banyak orang yang lebih tenar dan lebih berkuasa dibanding orang-orang hari ini, juga terlupakan. Temukanlah hakikat kehidupan sambil terus melangkah di jalan yang telah kita pilih
Share:

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.